JAKARTA, jurnal-idn.com – Maraknya pemberitaan di beberapa media terkait anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan SEA Games ke-32 Kamboja memaksa Anggota Komisi X DPR RI Dede Yusuf angkat bicara.
Menurut politisi dari Partai Demokrat ini sebenarnya Komisi X DPR RI beberapa kali mengundang Kemenpora untuk bahas relokasi ini, tapi jadwal Menpora belum ketemu, mestinya pada Selasa, (23/5/2023) kemarin tapi tidak jadi lagi dan diundur 31 Mei mendatang.
Dede Yusuf menjelaskan bahwa dalam pembahasan 31 Mei itu, selain menghadirkan Menpora juga KONI Pusat dan Komite Olimpiade Indonesia (KOI).
“Sebetulnya ini sudah merupakan kelaziman karena setiap keikutsertaan kontingen olahraga Indonesia ke multi event seperti SEA Games disertai dengan laporan pencapaian prestasi atlet terlebih lagi pertanggungjawaban keuangan,” kata pria yang dikenal bintang laga Itu.
Dede Yusuf sendiri dihubungi media terkait pernyataan Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PP.PTMSI) Komjen Pol (Purn) Oegroseno yang menyebutkan KOI perlakukan Tenis Meja Indonesia ke SEA Games Kamboja sangat tidak adil.
Paling Dominan
Dengan melihat anggaran yang begitu besar mencapai angka hampir Rp1 Triliun (Rp852,2 miliar) untuk kegiatan SEA Games Kamboja 2023, wajar Komisi X DPR RI menghadirkan Kemenpora dan KOI untuk membahasnya. Pasalnya kedua lembaga ini paling dominan dan berkepentingan dalam hal pendistribusian anggaran ke masing-masing cabang olahraga.
Kontingen Indonesia berkekuatan 604 personil pada SEA Games Kamboja yang berlangsung 5-17 Mei 2023 tersebut.
Meskipun hasilnya cukup lumayan dengan capaian 87 medali emas, 80 perak 105 perunggu dan bertahan di peringkat tiga perolehan medali secara keseluruhan, di bawah Vietnam dan Thailand, para pemangku kepentingan olahraga kita jangan membusungkan dada apalagi mengklaim berhasil.
Karena sejatinya di cabang olahraga Olimpiade, Indonesia sudah ketinggalan jauh bukan hanya dari Vietnam dan Thailand tetapi Singapura.
Anto